Sektor pariwisata memiliki peranan penting dalam pertumbuhan prekonomian di Indonesia. Menurut Buku Saku Kementerian Pariwisata (2016), kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada tahun 2014 telah mencapai 9 % atau sebesar Rp 946,09 triliun. Sementara devisa dari sektor pariwisata pada tahun 2014 telah mencapai Rp 120 triliun dan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 11 juta orang (Anggraini, 2017).
Namun, di tengah situasi Pandemi Covid-19 sektor pariwisata merupakan salah satu yang terdampak secara signifikan. Dimana jumlah wisatawan mancanegara dan domestik menurun drastis sampai dengan 45%.
Salah satu yang dapat dilakukan dalam mengembangkan sektor pariwisata terkhusus di masa pandemi adalah dengan mengembangkan sektor Agrowisata melalui jasa wisata dan pemasaran produk pertanian yang lebih baik. Meningkatnya angka perjalanan dan pengeluaran oleh wisatawan nusantara didukung dengan adanya keanekaragaman kebudayaan serta sumber daya alam yang ada di Indonesia, sehingga Indonesia sangat potensial dalam berbagai aktivitas wisata. Salah satu jenis wisata yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia adalah wisata agro atau agrowisata.
Agrowisata pada hakikatnya merupakan pemanfaatan potensi atraksi wisata pertanian, meliputi aktivitas yang dilaksanakan menggunakan lahan pertanian atau fasilitas terkait perkebunan yang menjadi daya tarik wisatawan.
Dilansir dari laman Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), bila agrowisata dikelola secara profesional, dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut:
1.Konservasi lingkungan
Pengembangan dan pengelolaan agrowisata harus menyatu dengan lingkungan alamnya, memperhatikan kelestarian lingkungan dan pengembangan tidak merugikan lingkungan. Nilai-nilai konservasi yang ditekankan pada keseimbangan ekosistem dan daya dukung lingkungan dapat memberikan dorongan bagi setiap orang, untuk senantiasa memperhitungkan masa depan dan pembangunan berkelanjutan.
Agrowisata dapat mendorong promosi suatu negara lewat komoditi pertanian, seperti Thailand yang memiliki hasil pertanian hortikultura, durian montong, jambu, paprika, ketimun, jeruk dan lain-lain. Negara tersebut membuktikan bahwa produk wisata tidak selalu berbentuk wisata alam, tetapi inovasi terhadap hasil pertanian dapat mendukung peningkatan kunjungan wisatawan.
2. Meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam
Lingkungan alam yang indah, menimbulkan nilai estetikan yang dapat diperoleh dari flora, fauna, warna dan arsitektur bangunan yang tersusun dalam satu tata ruang yang serasi dengan alam. Setiap pengembangan agrowisata memiliki nilai keserasian dan manfaat, hal ini menjadi satu pertimbangan. Bangunan dengan desain alami dapat menyatu dengan alam akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
3. Memberikan nilai rekreasi
Sebagai tempat rekreasi, pengelola agrowisata dapat mengembangkan fasilitas lainnya untuk menunjang kebutuhan wisatawan. Perpaduan kegiatan rekreasi dengan pemanfaatan hasil pertanian, dapat dikembangkan menjadi nilai ekonomis seperti menjual hasil pertanian, pengunjung bisa memetik buah sendiri kemudian ditimbang dan diberi harga untuk dibawa pulang. Selanjutnya cara memetik buah atau yang lainnya memiliki nilai rekreatif yang tinggi sekaligus memiliki nilai edukasi bagi wisatawan.
4. Meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan
Agrowisata mendorong orang untuk menambah ilmu pengetahuan yang bernilai ilmiah. Pengelola agrowisata dapat menyediakan fasilitas untuk penelitian seperti kebun-kebun percobaan yang bersifat laboratorium alam, maupun laboratorium yang bersifat tempat penelitian khusus dari berbagai jenis hortikultura dan jenis lainnya seperti hasil hutan, peternakan, perikanan dan lain-lain.