Pertanian subsisten atau pertanian swasembada adalah bentuk pertanian di mana petani berusaha untuk menghasilkan cukup bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sendiri dan keluarga. Pertanian subsisten beroperasi dengan skala kecil, menggunakan metode tradisional, dan memiliki sumber daya terbatas.
Petani subsisten mengandalkan pengetahuan turun temurun dalam mengelola lahan dan tanaman, menggunakan alat pertanian sederhana seperti cangkul atau sabit, dan mengerahkan tenaga kerja keluarga mereka sendiri.
Ciri khas dari pertanian subsisten adalah keberagaman varietas tanaman dan hewan ternak yang dibudidayakan untuk konsumsi. Selain itu, petani subsisten juga mempertimbangkan kebutuhan jangka panjang keluarga mereka dalam menentukan tanaman yang akan ditanam. Mereka memikirkan apa yang akan mereka konsumsi dalam jangka waktu yang lebih lama, termasuk kebutuhan pangan untuk tahun mendatang.
Tipe Pertanian Subsisten
Tipe pertanian subsisten mencakup beberapa metode yang umum digunakan oleh petani subsisten. Berikut adalah tiga tipe pertanian subsisten yang sering ditemui:
1. Pertanian Berpindah
Pertanian berpindah adalah metode pertanian di mana petani memindahkan lahan pertanian mereka setelah periode tertentu. Petani membuka lahan baru di daerah lain dan meninggalkan lahan yang telah digunakan untuk memulihkan kesuburan alaminya.
Pertanian berpindah umumnya dilakukan di hutan atau lahan alami lainnya. Petani biasanya menanam jenis tanaman yang membutuhkan waktu lama untuk tumbuh, seperti jagung atau singkong, dan kemudian meninggalkan lahan tersebut setelah panen. Mereka kemudian mencari lokasi baru untuk membuka lahan pertanian baru.
2. Penggembalaan Nomaden
Penggembalaan nomaden melibatkan pemindahan ternak dari satu tempat ke tempat lain dalam pencarian pakan dan air yang cukup. Petani penggembalaan nomaden mengandalkan hewan ternak, seperti domba, kambing, atau sapi, sebagai sumber utama penghidupan mereka.
Mereka membawa ternak mereka ke padang rumput atau padang gurun yang tersedia untuk merumput dan mencari sumber pakan. Setelah pakan di satu tempat habis, mereka melanjutkan perjalanan ke tempat lain. Penggembalaan nomaden memungkinkan petani untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada tanpa perlu memiliki lahan tetap.
3. Pertanian Subsisten Intensif
Pertanian subsisten intensif adalah metode pertanian di mana petani menggunakan lahan terbatas mereka secara intensif untuk menghasilkan hasil yang optimal. Mereka menerapkan praktik seperti penggunaan pupuk organik, pengolahan tanah yang baik, dan irigasi sederhana untuk meningkatkan produktivitas lahan mereka.
Petani subsisten intensif sering kali memanfaatkan kebun kecil mereka untuk menanam berbagai jenis tanaman, termasuk sayuran, buah-buahan, rempah-rempah, dan tanaman pangan lainnya. Mereka juga dapat memelihara hewan ternak dalam skala kecil, seperti ayam atau babi. Pertanian subsisten intensif membutuhkan pengelolaan yang cermat dan pemeliharaan yang terus-menerus untuk memaksimalkan hasil dari lahan terbatas yang tersedia.
Keuntungan Pertanian Subsisten
Pertanian subsisten memiliki beberapa kelebihan. Berikut adalah beberapa di antaranya:
1. Kemandirian pangan
Pertanian subsisten memungkinkan masyarakat untuk memproduksi makanan mereka sendiri, sehingga mereka tidak tergantung pada pasokan makanan dari luar. Ini dapat membantu mengurangi ketergantungan terhadap impor pangan dan memperkuat ketahanan pangan suatu daerah.
2. Keberlanjutan
Pertanian subsisten seringkali melibatkan praktik-praktik tradisional yang berkelanjutan secara ekologis. Petani biasanya menggunakan metode organik atau tradisional dalam mengolah tanah, menggunakan pupuk alami, dan mengelola air dengan bijaksana. Pendekatan ini dapat membantu menjaga kesuburan tanah, keanekaragaman hayati, dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
3. Keanekaragaman pangan
Dalam pertanian subsisten, petani sering menanam berbagai jenis tanaman pangan, termasuk sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan umbi-umbian. Hal ini membantu menciptakan keanekaragaman pangan yang lebih besar, memastikan asupan gizi yang seimbang, dan mengurangi risiko kelaparan akibat kegagalan panen satu jenis tanaman.
4. Pemeliharaan budaya lokal
Pertanian subsisten sering kali melibatkan praktik-praktik tradisional yang diturunkan secara turun-temurun. Hal ini memainkan peran penting dalam memelihara budaya lokal, menghormati pengetahuan tradisional, dan melestarikan warisan budaya suatu masyarakat.
5. Pengurangan kemiskinan
Pertanian subsisten dapat menjadi sumber penghidupan yang penting bagi masyarakat pedesaan yang memiliki akses terbatas ke pekerjaan di sektor lain. Dengan memungkinkan mereka untuk memproduksi makanan mereka sendiri, pertanian subsisten dapat membantu mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi di komunitas-komunitas pedesaan.